PERANAN INDUSTRI BATU BATA TERHADAP KEMISKINAN DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan
kemurahannya tugas penelitian ini
dapat kami selesaikan. Dalam penelitian
ini kami membahas “PERANAN INDUSTRI BATU BATA TERHADAP
KEMISKINAN DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN”. Tugas penelitian ini
sengaja kami buat untuk menambah
wawasan berpikir tentang peluang usaha dan peranannya terhadap tingkat
kemiskinan.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas penelitian ini, oleh
karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik yang membangun untuk lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga tugas
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Gunungsitoli Utara, Oktober 2014
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sektor industri memberikan
kontribusi yang sangat penting terhadap penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya
jumlah penduduk sekaligus akan menambah jumlah tenaga kerja di daerah industri
sehingga mendorong terciptanya berbagai aktifitas ekonomi dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan itu, maka
lahirlah bermacam-macam usaha industri yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan oleh masyarakat dengan satu tujuan yaitu dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung program pembangunan
daerah.
Dalam meningkatkan industri maka
yang perlu dikembangkan adalah industri yang digunakan masyarakat banyak yang bisa
menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin seperti industri kecil. Kita menyadari
bahwa sektor usaha kecil memiliki peranan yang penting dalam menjawab
tantangan-tantangan pembangunan yaitu perluasan lapangan pekerjaan bagi
angkatan kerja yang terus bertambah jumlahnya, peningkatan penghasilan
masyarakat secara lebih merata dan peningkatan ekspor. Oleh sebab itu kita
harus memelihara komitmen yang besar terhadap upaya peningkatan sektor usaha
kecil.
Jenis-jenis
industri yang dapat digarap di daerah perdesaan meliputi industri makanan dan
minuman, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, industri kayu dan barang non
kayu, industri mineral bukan logam (kecuali minyak bumi dan batu bara) dan
industri logam (Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad, 1987: 65).
Industri
kecil dan industri rumah tangga adalah suatu bentuk perekonomian rakyat di
Indonesia, apabila dikembangkan akan mampu memecahkan masalah-masalah dasar
pembangunan di Indonesia. Industri ini juga mampu untuk membantu tercapainya
pertumbuhan ekonomi nasional. Industri kecil berperan dalam menciptakan suatu
proses industrialisasi di Indonesia yang berkesinambungan. Industrialisasi yang
berkesinambungan adalah suatu proses industrialisasi yang tidak menciptakan
ketergantungan industri-industri yang tercipta oleh proses itu terhadap pasar
luar negeri (Gembong Tjitrosoepomo dkk, 1991: 35).
Industri
rumah tangga di perdesaan yang memberikan andil dalam menciptakan lapangan
pekerjaan dan peningkatan pendapatan rumah tangga salahsatunya adalah industri
rumah tangga batu bata. Industri rumah tangga batu bata merupakan industri
rumah tangga yang memanfaatkan bahan baku berupa tanah dan diolah dengan proses
pengolahan yang sederhana.
Kemunculan usaha industri ini
ibarat jamur di musim penghujan. Tumbuh dan bahkan berkembang biak di Kepulauan
Nias karena dari waktu kewaktu jumlah usahanya terus bertambah secara
signifikan sejalan dengan perkembangan pembangunan. Pembuatan batu bata yang
diawali dari merancah lumpur, mencetak, melangsir dan mengeringkan sampai pada
tahap pembakaran akan menyerap tenaga kerja karena jenis industri ini merupakan
usaha padat karya. Selain itu juga akan menimbulkan usaha sampingan lain berupa
pengangkutan dan perdagangan.
Kehadiran usaha industri batu bata
ini sudah ada sejak lama sebagai salah satu jenis usaha masyarakat yang dilakukan
perorangan atau keluarga, disamping usaha-usaha lain seperti pertanian.
Ketinggian permukaan tanah dari permukaan laut dengan kondisi tanah yang cukup
potensial yang mendorong masyarakat mengusahakan pembangunan industri batu bata
ini.
Berdasarkan
uraian yang sudah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PERANAN INDUSTRI BATU BATA TERHADAP KEMISKINAN DAN
DAMPAK YANG DITIMBULKAN”
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang masalah di atas, peneliti menentukan rumusan masalah
penelitiannya sebagai berikut :
1.
Bagaimana dampak negatif aktivitas industri batu bata terhadap keadaan
lingkungan ?
2.
Bagaimana usaha konservasi tanah bekas galian bahan baku batu bata yang
dilakukan oleh petani pengusaha batu bata ?
3.
Bagaimana peranan pendapatan industri batu bata terhadap tingkat
kemiskinan rumah tangga petani pengusaha batu bata ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.
Dampak negatif aktivitas industri batu bata terhadap keadaan lingkungan.
2.
Usaha konservasi tanah bekas galian bahan baku batu bata yang dilakukan
oleh petani pengusaha batu bata.
3.
Peranan pendapatan industri batu bata terhadap tingkat kemiskinan rumah
tangga petani pengusaha batu bata.
D. Manfaat Penelitian
Hasil
dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :
1.
Bagi penulis menambah wawasan berfikir tentang peluang usaha dan peranannya
terhadap tingkat kemisikinan.
2. Sebagai acuan para petani pengusaha batu bata
untuk bahan telaah bagi usaha yang telah dilakukan.
3. Sebagai
bahan masukan kepada pembaca dan peneliti lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Kajian
Industri
a. Definisi
Industri
Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang
Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia,
perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada
suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih
yang bertanggungjawab atas usaha tersebut.
b. Klasifikasi
Industri
Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang
Perindustrian, jenis industri adalah bagian suatu cabang industri yang
mempunyai ciri khusus yang sama dan/atau hasilnya bersifat akhir dalam proses
produksi.
Klasifikasi Industri menurut Badan
Pusat Statistik, industri digolongkan menjadi empat menurut banyaknya tenaga
kerja, yaitu:
1)
Industri
rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang.
Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola
industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
2)
Industri
kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang,
Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
3)
Industri
sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga
kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan
manajerial tertentu.
4)
Industri
besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam
bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan.
Berdasarkan penggolongan industri menurut BPS
maka industri batu bata termasuk kedalam golongan industri rumah tangga karena pada umumnya
jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari empat orang dan masih menggunakan proses sederhana dalam produksinya.
2. Kajian
Industri batu Bata
a. Pengertian Industri Batu Bata
Industri batu bata merupakan industri yang memanfaatkan
tanah sebagai bahan baku utama. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
industri batu bata yaitu suatu proses produksi yang di dalamnya terdapat
perubahan bentuk dari benda yang berupa tanah liat menjadi bentuk lain (batu
bata), sehingga lebih berdaya guna. Industri rumah tangga batu bata sebagai
industri rumah tangga mempunyai ciri-ciri yaitu: 1) modal kecil, 2) usaha
dimiliki pribadi, 3) menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana, 4)
jumlah tenaga kerja relatif sedikit. Sedangkan sifat industri rumah tangga batu
bata adalah bersifat tidak berbadan hukum.
b. Proses Pembuatan Batu Bata Tradisional
Industri batu bata secara tradisional adalah suatu jenis
kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga yang seluruh proses
pembuatannya masih dilakukan secara manual. Dalam pembuatan batu bata terdapat
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Penggalian
bahan mentah
Kegiatan
penggalian tanah dilakukan pada kedalaman tertentu yaitu 1 sampai 2 meter,
karena apabila dalamnya lebih dari 1 meter kualitas tanah kurang baik untuk
pembuatan batu bata disebabkan oleh kandungan air yang cukup banyak sehingga
berpengaruh terhadap hasil pembuatan batu bata.
2) Persiapan
pengolahan bahan
Menyiapkan
bahan untuk pembentukan batu bata yang dimaksud dengan penyiapan bahan ini
adalah penghancuran tanah, pembersihan kotoran, kemudian pencampuran dengan air
sehingga bahan menjadi cukup lunak untuk dibentuk batu bata.
3) Membuat
adonan
Adonan
batu bata dibuat dengan cara mencampurkan tanah liat dengan air dan campuran
lain seperti abu sisa pembakaran, adonan ini kemudian diinjak-injak menggunakan
kaki untuk mendapatkan hasil adonan yang baik.
4) Mencetak
Setelah
adonan jadi, kemudian adonan di cetak kotak-kotak persegi panjang dengan
cetakan batu bata yang terbuat dari kayu berukuran 6cm × 10cm × 20cm.
5) Proses
pengeringan batu bata
Cara
pengeringan adalah dengan menjemur batu bata di tempat terbuka, waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah 5-6 hari tergantung cuacanya.
6) Proses
pembakaran batu bata
Pada
proses ini batu bata yang sudah kering dan tersusun rapi sudah siap untuk
dibakar, akan tetapi pembakaran batu bata tergantung dari keinginan perajin dan
kondisi keuangan perajin. Biasanya dalam satu bulan proses pembakaran yang
dilakukan satu kali. Dalam proses pembakaran batu bata ini disediakan tempat
khusus atau dibuatkan rumah-rumahan yang disebut brak. Proses pembakaran
menggunakan sekam bakar atau berambut.
7) Pemilihan/seleksi
batu bata
Tumpukan
batu bata yang sudah dibakar dibiarkan selama kurang lebih satu minggu agar
panasnya berangsur-angsur turun. Setelah dingin tumpukan batu bata tersebut
dibongkar dan diseleksi untuk kemudian di jual.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Industri Batu
Bata
1) Bahan
Baku
Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang
Perindustrian, bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak
diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri. Batu
bata dibuat dari bahan dasar lempung atau tanah liat ditambah dengan bahan
penolong berupa air dan sekam (berambut). Lempung adalah tanah hasil pelapukan
batuan keras, seperti: basalt (batuan dasar), andesit, dan granit (batu besi).
Bahan baku tambahan yang digunakan dalam pembuatan batu bata adalah air. Air
digunakan untuk membantu proses pengolahan bahan mentah dan proses pencetakan.
2) Bahan
Bakar
Pembangkit tenaga diperlukan untuk
menjalankan mesin dan peralatan produksi yang berada di dalam industri
tertentu. Terjaminnya kelangsungan sumber tenaga ini berarti terjaminnya
pelaksanaan kegiatan produksi dalam industri yang bersangkutan (Daljoeni, 1992:
59). Proses pembakaran batu bata menggunakan bahan bakar berupa sekam bakar
atau kayu bakar untuk membakar batu bata yang sudah dicetak dan dikeringkan.
Biasanya pembakaran dilakukan dalam sebuah tempat yang sudah disediakan, atau brak.
3) Tenaga
Kerja
Menurut UU No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi
sehingga dalam kegiatan industri diperlukan sejumlah tenaga kerja yang
mempunyai keterampilan dan kemampuan tertentu sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pada Industri kecil dan Industri rumah tangga seperti pada industri
batu bata, biasanya tenaga kerjanya terdiri dari dua kategori, yaitu tenaga
kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga.
4) Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting
dalam kelancaran suatu produksi industri. Modal usaha dapat diperoleh dengan
dua cara, yaitu modal sendiri dan modal luar. Modal sendiri adalah modal yang
dimaksudkan oleh partisipasi pemilik, yang seterusnya akan dioperasikan selama
usaha tersebut masih berjalan. Sedangkan modal luar adalah modal yang diperoleh
dari pinjaman-pinjaman yang akan dioperasikan selama waktu tertentu, karena
harus dikembalikan dengan disertai bunga (Murti Sumarni dan John Soeprihanto,
1993: 273). Modal dalam industri batu bata dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Modal
tetap dalam industri batu bata berupa peralatan yang dipakai untuk proses
pembuatan batu bata, seperti cangkul, alat pencetak dan tempat untuk proses
pembakaran (brak).
b) Modal
operasional dalam proses produksi batu bata adalah modal yang digunakan untuk
membeli kebutuhan yang berkaitan dengan usaha industri batu bata, seperti
membeli bahan baku, membeli bahan bakar dan mengupah tenaga kerja.
5) Pemasaran
Menurut John Soeprihanto, pemasaran
merupakan suatu sistem keseluruhan dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, memproduksi dan mendistribusikan barang dan
jasa yang memuaskan kebutuhan para pembeli (Murti Sumarni dan John Soeprihanto,
1993: 217).
6) Transportasi
Peranan transportasi erat kaitaannya dengan
sarana untuk pengangkutan bahan mentah ketempat produksi sekaligus sebagai alat
pengangkutan dalam usaha pemasaran hasil produksi. Dearah-daerah dengan sarana
trasportasi yang baik sangat menguntungkan bagi berdirinya suatu industri.
Fasilitas transportasi merupakan hal penting bagi setiap industri karena
transportasi yang baik dan cepat akan mendukung kelancaran proses produksi
(Daljoeni, 1992: 61).
3. Kajian Dampak Lingkungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 290), dampak
adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik akibat negatif maupun
akibat positif. Usaha industri batu bata dapat memberikan dampak positif maupun
negatif. Dampak positifnya yaitu memberikan pendapatan tambahan bagi rumah
tangga petani yang mengusahakan industri batu bata, sedangkan dampak negatifnya
yaitu industri batu bata dapat merusak lingkungan terutama kualitas dan
kuantitas tanah. Penggalian tanah untuk bahan baku batu bata dapat mempengaruhi
kemampuan tanah untuk membentuk struktur tanah kembali, sehingga dapat
mendorong kemerosotan sumberdaya tanah baik kuantitas maupun kualitasnya.
Gejala fisik yang tampak jelas di lingkungan industri batu bata adalah semakin
tipisnya lapisan tanah, sehingga kemampuan fungsi tanah sebagai media tumbuh
tanaman dan media pengatur daur air menjadi terbatas. Kerusakan lingkungan,
terutama kerusakan tanah biasanya diatasi dengan mengadakan konservasi lahan
pada lahan yang telah rusak.
Menurut Ananto Kusuma Seta (1987:13) pada dasarnya
konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tersebut tidak cepat rusak. Usaha
konservasi tanah disamping ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah akibat
erosi dan memperbaiki tanah-tanah yang rusak, juga ditujukan untuk menetapkan
kelas kemampuan tanah dan tindakan-tindakan (perlakuan) yang diperlukan agar
tanah tersebut dapat digunakan seoptimal mungkin dalam jangka waktu yang tidak
terbatas.
Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk melakukan
konservasi lahan, yaitu :
a.
Metode
Vegetatif
Metode vegetatif dilakukan dengan
cara penanaman berbagai jenis tanaman. Fungsinya untuk melindungi tanah
terhadap daya tumbukan air hujan, melindungi tanah terhadap daya perusak aliran
diatas permukaan tanah dan memperbaiki penyerapan air oleh tanaman (Ance
Gunarsih Kartasapoetra,
1991: 145).
1991: 145).
b.
Metode
Mekanis
Metode mekanis adalah usaha
konservasi tanah melalui pengolahan tanah yang bertujuan untuk menciptakan
kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman (Ananto Kusuma Seta,
1987:146).
c.
Metode
Kimiawi
Metode kimiawi didasarkan pada
pemanfaatan Soil Conditioner (bahan pemantap tanah), baik berupa bahan
alami maupun buatan untuk memperbaiki struktur tanah (Ance Gunarsih Kartasapoetra,
1991: 163).
4. Kajian Peranan Industri Batu Bata Terhadap Kemiskinan
a. Peranan Industri Batu Bata
Peranan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu
peristiwa (2008: 1.050). Peranan industri batu bata dalam penelitian ini
diartikan sebagai andil atau kontribusi pendapatan industri batu bata terhadap
besarnya tingkat kemiskinan rumah tangga petani pengusaha batu bata. Pendapatan
industri batu bata dapat memberikan tambahan pendapatan terhadap total
pendapatan rumah tangga sehingga dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah
tangga.
b. Kemiskinan
Sajogyo dalam Hadi Prayitno dan
Lincoln Arsyad (1987:7) mengemukakan definisi kemiskinan adalah suatu tingkatan
kehidupan yang berada dibawah standar kebutuhan minimum yang ditetapkan
berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan
hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.
Hadi prayitno dan Lincoln Arsyad (1987: 36) mengemukakan
aspek kemiskinan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1) Kemiskinan
multidimensional, artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam maka
kemiskinan pun meliputi aspek primer yang berupa miskin akan asset-asset,
organisasi sosial dan politik dan pengetahuan serta keterampilan, dan aspek
sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi.
Dimensi-dimensi tersebut memanifestasikan diri dalam bentuk kekurangan gizi,
air dan perumahan yang tidak sehat dan perawatan kesehatan serta pendidikan
yang kurang baik.
2) Aspek-aspek
kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal
ini berarti bahwa kemajuan dan kemunduran pada salah satu aspek dapat
mempengaruhi kemajuan atau kemunduran
pada aspek yang lainnya.
B. Kerangka
Berpikir
Pendapatan dari sektor pertanian yang
rendah mendorong penduduk di daerah perdesaan, terutama rumah tangga
petani berusaha mencari sumber pendapatan tambahan di luar sektor
pertanian, salah satunya yaitu usaha industri batu bata. Produktivitas
batu bata umumnya sangat tergantung dengan musim. Salah satu faktor dari
berkembangya industri batu bata adalah pemasaran. Keberadaan industri
batu bata dapat berdampak negatif bagi lingkungan bekas penggalian bahan baku,
sehingga perlu adanya upaya konservasi yang dilakukan oleh petani pengusaha
agar lahan dapat digunakan kembali untuk kegiatan pertanian. Pendapatan yang dihasilkan
dari usaha industri batu bata dan usaha pertanian secara bersama-sama akan
memberikan sumbangan terhadap total pendapatan rumah tangga dan akan
mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah tangga petani pengusaha industri batu
bata.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini,
penulis melakukan penelitian disalah satu industri batu bata pada khususnya,
penelitian dilaksanakan di UD. HA ZEDONA, yang berada di Desa Lawira Satua
Kecamatan Lotu.
B.
Populasi
dan Sampel
Populasi
adalah sekelompok yang lengkap. Populasi dalam penelitian ini adalah industri
batu bata. Sedangkan Sampel yaitu himpunan bagian dari populasi yang diharapkan
dapat mewakili populasi penelitian. adapun Sampel dalam penelitian ini adalah produk
dari industri batu bata UD. HA ZEDONA.
C.
Jenis
dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, jenis data
yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif dimana data tersebut diperoleh
berupa pernyataan atau tulisan yang dijadikan pertimbangan dan memperoleh suatu
kesimpulan untuk memperjelas pemecahan
masalah berupa tanggapan responden.
Sumber data:
1.
Data Primer, dimana
data tersebut diperoleh melalui hasil penelitian langsung terhadap objek yang
diteliti. Data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara dari responden.
2.
Data Sekunder, dimana
data tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan informasi yang berkaitan
dengan kajian yang diteliti.
D.
Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Riset
Kepustakaan, dimana metode ini diperoleh dengan cara melakukan peninjauan
pustaka dari berbagai literatur karya ilmiah, majalah dan buku-buku yang
menyangkut teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas.
2. Riset
Lapangan, dimana metode ini diperoleh dengan melakukan penelitian dilokasi
secara langsung yang terdiri dari;
a) observasi,
yaitu mengadakan pengamatan secara langsung pada industri batu bata khususnya di
industri batu bata UD. HA ZEDONA.
b) wawancara,
yaitu mengambil data-data dengan mendatangi pemilik dari usaha untuk mendapat informasi yang jelas.
E.
Variabel
Penelitian
Berdaasarkan
pokok permasalahan dari hipotesis yang telah dikemukakann maka variabel yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1.
variabel bebas, yang dilambangkan
dengan huruf X adalah faktor yang mempengaruhi vaariabel terikat. variabel
bebas dalam hal ini adalah batu bata.
2.
variabel terikat, yang
dilambangkan dengan huruf Y adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas, variabel terikat dalam hal ini adalah peranan industri batu bata
terhadap kemiskinan dan dampak yang ditimbulkan.
F.
Metode
Analisis
Analisis data yang dilakukan
dengan cara menganalisis jawaban –jawaban yang telah diberikan responden yang
tercantum pada angket. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah teknik stalitis infresional korelasional.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dampak
negatif yang ditimbulkan dari adanya aktivitas industri batu bata terhadap
keadaan lingkungan di Desa Sitimulyo ada lima, yaitu (a) menurunnya kuantitas
tanah yang menyebabkan banyak tanah sawah berlubang-lubang dengan ketinggian
yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyimpan
air, terutama saat musim penghujan dapat menyebabkan genangan; (b) menurunnya
kualitas tanah sehingga menurunkan tingkat kesuburan tanah; (c) rusaknya
jaringan irigasi di areal persawahan; (d) polusi udara saat pembakaran yang
menyebabkan bau tidak sedap; (e) dan rusaknya jalan desa yang sering dilalui
oleh truk pengangkut batu bata. Dampak negatif yang paling banyak dirasakan
oleh petani pengusaha batu bata di daerah penelitian adalah menurunnya kuantitas
tanah.
2. Usaha
konservasi pada lahan bekas industri batu bata pada umumnya belum maksimal.
Usaha konservasi yang paling banyak dilakukan adalah dengan memberi pupuk
kandang, sisanya melakukan konservasi dengan menguruk lahan, memberi pupuk
kompos dan memberi pupuk kimia. Alasan responden tidak melakukan konservasi
paling banyak disebabkan karena lahan yang mereka gunakan untuk industri batu bata
hanyalah lahan yang di sewa, alasan lain yaitu tidak ada perjanjian dengan
pemilik lahan dan tidak memiliki hewan ternak.
3. Perbedaan
produktivitas batu bata pada saat musim kemarau dan musim penghujan disebabkan
oleh perbedaan dalam lamanya proses penjemuran dan pencetakan batu bata.
Rata-rata produktivitas batu bata pada musim kemarau adalah 25.433 biji batu bata
tiap tobong (brak), sedangkan pada musim hujan rata-rata produktivitas
dalam satu tobong pembakaran (brak) adalah 18.400 biji batu bata atau
rata-rata produktivitasnya turun sebanyak 27,65 % untuk tiap tobong pembakaran
pada saat musim penghujan.
4. Peranan
industri batu bata adalah meningkatkan total pendapatan rumah tangga yang dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah tangga petani. Tingkat kemiskinan petani
sebelum mengusahakan industri batu bata sebagian besar tergolong dalam kriteria
miskin, sedangkan setelah petani mengusahakan industri batu bata rumah tangga
petani berada di atas garis kemiskinan atau adanya peningkatan pendapatan dari
sebelumnya.
B. Saran
Sebagai tindak
lanjut dari penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut
:
1.
Bagi pemerintah
a.
Perlu dibentuk tim
penyuluhan untuk memberikan tambahan pemahaman kepada petani pengusaha batu
bata agar mereka lebih paham mengenai dampak negatif yang ditimbulkan dari
usaha industri batu bata serta memberikan penyuluhan mengenai cara0-cara
konservasi lahan bekas industri batu bata yang efektif.
b.
Perlu diadakan
pelatihan ketrampilan kewirausahaan untuk petani pengusaha batu bata agar
mereka dapat lebih kreatif dan memiliki alternatif pekerjaan lain dalam mencari
tambahan pendapatan, sehingga tidak bergantung lagi dengan usaha industri batu
bata yang dalam jangka waktu panjang dapat merusak dan mengurangi kualitas
lingkungan.
c.
Perlu dibuat kebijakan
mengenai ijin usaha penambangan lahan pertanian untuk industri batu bata agar perkembangan
industri batu bata dapat dikontrol, mengingat berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan terhadap keadaan lingkungan, terutama lahan pertanian.
2.
Bagi Petani
a.
Hendaknya senantiasa
mengikuti penyuluhan-penyuluhan atau pelatihan dibidang pertanian untuk
meningkatkan wawasan mengenai pentingnya menjaga kualitas tanah pertanian.
b.
Perlu adanya kerjasama
petani pengusaha batu bata dengan pihak terkait, terutama Dinas Pertanian dan
Badan Lingkungan Hidup dalam hal usaha konservasi lahan bekas galian industri
batu bata.
2 Komentar:
mohon agar postingan lebih valid ditambahkan daftar rujukan..trims
Caesars Casino and Resort Review | DRMCD
Caesars Casino & Resort is located in Northern California near the 나주 출장샵 Santa 포천 출장샵 Barbara Mountains. 광주 출장샵 It also has a 대전광역 출장샵 casino and 창원 출장마사지 several restaurants on site.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda